Di Jakarta dan sekitarnya (Batavia en Ommelanden) dalam buku W.L. Ritter dan E. Hardouin yang dicetak tahun 1872 menyebut bahwa ada suatu permainan yang popular waktu itu.
Yang disebut “Klein Maskerspel” yaitu suatu Straatvertoningen (tontonan jalanan ) yang diduga berasal dari Topeng Babakan Cirebon.
Pendapat para tokoh Tari Betawi, secara teknis ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon penari Topeng Betawi agar dapat menghasilkan gerak yang tepat dan benar demi terwujudnya kesatuan gerak tubuh yang estetis dan harmonis yaitu
- Gandes (luwes),
- Ajar (ceria) dan
- Lincah tanpa beban sewaktu menari.
Disamping itu masih ada ketentuan-ketentuan lain yang harus dipenuhi sewaktu menarikan topeng Betawi yaitu mendek, dongko, ngengkreg, madep, megar, ngepang dan lain-lain.
Dalam perkembangannya kini tari Topeng Betawi muncul sebagai pertunjukan tersendiri, kemudian kita kenai sekarang macam-macam tari Topeng Betawi seperti
- Tari Lipet Gandes,
- Tari Topeng Tunggal,
- Tari Enjot-enjotan,
- tari Gegot,
- tari Topeng Cantik,
- tari Topeng Putri,
- tari Topeng Ekspresi,
- tari Kang Aji,
- dan lain-lain.
Mungkin ke dinamisan jenis tari ini membuka celah kemungkinan pengembangan lebih lanjut tanpa menghilangkan sumber ilham dan rohnya yaitu tari Topeng Betawi.
Dapat kita lihat munculnya para penata tari baru yang dihasilkan oleh para penata tari tersebut., yang mengembangkan tari Topeng Betawi dengan berbagai kreatifitas. Muncullah tari-tari kreasi baru seperti:
- Tari Ngarojeng,
- Tari Doger Amprok,
- Tari Gitek Balen