MANUSIA DAN PENDERITAAN

Sabtu, 13 November 2010

Fenomena letusan Gunung Merapi menimbulkan dampak yang luar biasa. Muntahan beragam material letusan seperti asap, kerikil pasir, lava dan lahar telah menimbulkan korban harta dan jiwa yang jumlahnya tidak sedikit.

Pada Kamis malam (4/11/2010), Gunung Merapi kembali menunjukkan aktivitasnya yang luar biasa. Akibatnya, setidaknya 35 orang tewas tersambar awan panas yang kerap disebut wedhus gembel oleh masyarakat.

Jumlah korban pun dikhawatirkan bakal terus bertambah karena masih banyak korban yang belum dievakuasi serta meningkatnya risiko kesehatan warga pengungsi yang kini jumlahnya mencapai ratusan ribu.

Meningkatnya jumlah pengungsi tidak terlepas dari letusan yang semakin dahsyat yang membuat jarak aman dari puncak Gunung Merapi telah meningkat lagi menjadi radius 20 kilometer.

Di tengah situasi yang semakin mengancam, Kementerian Kesehatan melalui Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Prof dr Tjandra Yoga Aditama menyampaikan peringatan serta himbauan bagi para warga yang terpapar langsung dampak letusan.

Hal ini penting guna menekan risiko kesehatan dan mencegah bertambahnya jumlah korban. Tjandra mengingatkan, setidaknya ada lima dampak akibat letusan gunung yang dapat memicu risiko kesehatan.

"Kelima dampak tersebut, pertama adalah luka bakar dengan berbagai derajat keparahannya. Kedua, cedera dan penyakit langsung akibat terkena batu, kerikil dan lava. Ketiga, dampak abu gunung berapi yakni risiko gangguan pernafasan akibat berbagai jenis gas seperti S02, H2S, N02 serta debu dalam bentuk cemaran partikulat debu. Keempat, perburukan penyakit yang sudah lama diderita oleh pasien atau pengungsi. dan kelima adalah dampak lain seperti kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, kontaminasi makanan," ungkap Tjandra dalam pernyantaan melalaui email, Jumat  (5/11/2010)

Sehubungan dengan terus meningkatnya risiko tersebut, Tjandra juga menganjurkan lima hal penting kepada masyarakat.

1.  Patuhi secara penuh batas lokasi aman yangg sudah ditetapkan, yang hari Jumat ini adalah radius aman 20 kilometer.

2. Untuk warga yang berada di luar radius 20 kilometer, maka sedapat mungkin menghindarkan diri dari menghisap debu/abu berlebihan, misalnya membatasi aktivitas fisik yang tidak perlu (jangan jogging dulu misalnya kalau debu pekat), menggunakan masker dll.

3. Kalau sakit maka segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat

4. Kalau memang sudah ada penyakit kronik maka segera menghubungi dokter yang biasa menangani atau setidaknya mempersiapkan obat-obatan rutin yang biasa dikonsumsi,

5. Jaga daya tahan tubuh, makan bergizi dan bersih, cukup istirahat, hati-hati dengan kecelakaan lalu lintas dan lain-lain.

FUAD AGUSTIANTO (12210892)

CC://health.kompas.com/index.php/read/2010/11/05/0946319/5.Ancaman.Akibat.Dahsyatnya.Merapi-5

Kelebihan Dan Kekurangan Studentsite Universitas Gunadarma

Jumat, 29 Oktober 2010

Studentsite adalah salah  satu  situs penting yang wajib di miliki mahasiswa Universitas Gunadarma. Di dalamnya terdapat berbagai macam informasi yang menyangkut kemahasiswaan. Salah satu informasi yang terdapat di dalamnya yaitu kalender akademik, jadwal perkuliahan dan lain sebagainya. Sehingga mahasiswa gunadarma dapat dengan mudah mengakses segala sesuatunya yang menyangkut jadwal perkuliahan.
kelebihan pada studentsite :
-  mahasiswa bisa melihat nilai transkrip ujian sebelum hasil ujian dikeluarkan
-  dapat melihat jadwal kuliah sebelum kuliah dimulai
-  dapat mengirim tugas melalui portofolio atau pun tugas tulis
-  mendapatkan informasi secara lebih rinci tentang universitas gunadarma
-  dapat mendaftar seminar tanpa harus mengantri.
-  dapat mengetahui informasi tentang dosen.
-  dapat mengetahui  kalender  akademik universitas gunadarma.
- mempermudah mahasiswa gunadarma dalam kegiatan perkuliahan
kekurangan pada studentsite :
-  server nya masih belum bisa menampung akses data dengan lebih baik
-  halaman web nya masih terlalu sulit untuk diakses bagi orang awam
-  terlalu sulit untuk dimengerti karena bagi mata orang awam halaman web nya    masih belum terlalu rapi.
-  terkadang masih lambat untuk diakses, sehingga mahasiswa masih sering komplain ke dosen yang bersangkutan.
Semoga dengan artikel saya ini, situs studentsite.gunadarma.ac.id dapat lebih di perhatikan, sehingga untuk kedepannya situs studentsite gunadarma ini dapat berfungsi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Fuad Agustianto

sub domain yang dijadikan tulisan : http://studentsite.gunadarma.ac.id

Suku Betawi

Senin, 27 September 2010

Suku Betawi berasal dari hasil perkawinan antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.

Istilah Betawi
Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya. Kata Betawi sebenarnya berasal dari kata "Batavia," yaitu nama kuno Jakarta yang diberikan oleh Belanda.

Sejarah

Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India.
Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, MA memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia, Lance Castle. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi.
Rumah Bugis di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah Kota. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Jawa dan Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda, dan orang Melayu.

Suku Betawi

Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu.
Antropolog Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr Parsudi Suparlan menyatakan, kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong.
Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.
Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk di luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi. Penduduk lokal di luar benteng Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.
Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong.

Setelah kemerdekaan

Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi — dalam arti apapun juga — tinggal sebagai minoritas. Pada tahun 1961, 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Walaupun sebetulnya, ’suku’ Betawi tidaklah pernah tergusur atau digusur dari Jakarta, karena proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah ’suku’ Betawi hadir di bumi Nusantara.

Bahasa

Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.
Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.
Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.

Seni dan kebudayaan

Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab,dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong.

Kepercayaan

Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.

Profesi

Di Jakarta, orang Betawi sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Semisal di kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain). Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik semisal K.H. Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.
Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal Ji'ih teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda dulu, meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.
Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu Ganefonya Bung Karno menyebabkan warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno yang kita kenal sekarang ini. Karena asal-muasal bentukan etnis mereka adalah multikultur (orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara pandang bentukan etnis dan bauran etnis dasar masing-masing.

Perilaku dan sifat

Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur Jakarta saat ini .
Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.
Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri (baca : Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang modernisasi tersebut.

Tokoh Betawi


Benyamin Sueb, seniman Betawi legendaris.
Sumber : Wikipedia
Fuad Agustianto ( 12210892 )